Rumpun Murut

rumpun suku Dayak
(Dialihkan dari Suku Murut)

Murut adalah rumpun suku Dayak yang terdapat di Kalimantan Utara, Brunei, dan Sabah-Sarawak, Malaysia Timur.

Suku Dayak Murut
Murut dalam pakaian tradisional di Desa Budaya Mari Mari, Sabah
Jumlah populasi
112,900 (2020)[1] (Malaysia)
Daerah dengan populasi signifikan
 Malaysia
 Indonesia
 Brunei
Bahasa
Bahasa Murutik, Melayu Sabah, Melayu Sarawak, Melayu Standar, Inggris (yang tinggal di Sabah, Sarawak dan Labuan), Melayu Brunei (yang tinggal di Kabupaten Temburong) dan Bahasa Indonesia (yang tinggal di Kalimantan)
Agama
Kristen (82%), Islam (16%), Kaharingan (2%)
Kelompok etnik terkait
Tidung, Sino-Murut, Dayak, Kadazan-Dusun, Lundayeh, Orang Ulu dan Orang Austronesia lainnya

Murut adalah bentuk lain dari kata bahasa Bajau yaitu belud yang berarti pegunungan yang menyiratkan bahwa orang Murut adalah orang yang tinggal di perbukitan.[2]

Golongan

sunting

Kelompok bahasa

sunting

Terbagi menjadi 3 Kelompok Bahasa:

  1. Kelompok Bahasa Murut:
    1. Okolod [kqv] (Indonesia (Kalimantan Utara))
    2. Keningau Murut [kxi] (Malaysia: Sabah, Keningau)
    3. Tagal Murut [mvv] (Malaysia (Sabah))
    4. Paluan [plz] (Malaysia, Sabah)
    5. Selungai Murut [slg] (Indonesia (Kalimantan Utara))
    6. Timugon Murut [tih] (Malaysia (Sabah))
    7. Agabag/Tinggalan (Indonesia (Kalimantan Utara))
  2. Kelompok Bahasa Utara:
    1. Bookan [bnb] (Malaysia (Sabah))
  3. Kelompok Bahasa Tidung:
    1. Suku Tidung [tid] (Indonesia: Kalimantan Utara, Kota Tarakan)
    2. Suku Bulungan [blj] (Indonesia: (Kalimantan Utara, Kabupaten Bulungan)
    3. Kalabakan [kve] (Malaysia Sabah))
    4. Suku Dayak Tagal/Sembakung Murut [sbr] (Malaysia Sabah)
    5. Serudung Murut [srk] (Malaysia Sabah)
    6. suku dayak Burusu (Indonesia: Kalimantan Utara: Tana Tidung, Malinau dan Bulungan)

Kelompok tempat tinggal

sunting

Orang Murut juga digolongkan menjadi 2 golongan yaitu:[2]

  1. Golongan A, orang Murut dataran rendah

Kelompok I.

  1. Golongan B, orang Murut perbukitan

Kelompok II.

Kelompok III.

Kelompok IV.

  • Murut Rundum, menghuni wilayah di sekitar sungai Tagul yang berada di sebelah utara pangkalan Rundum.
  • Tagal, mendiami wilayah sekitar Bole yang berasal dari sungai Tagul.
  • Kolur, sebagian menetap di distrik Bole
  • Murut Sapulot, mendiami wilayah dari perbukitan sebelah selatan dataran tinggi Sook hingga sungai Sapulot.
  • Murut Pensiangan atau Lagungan, mendiami wilayah sekitar hulu sungai Serudong dan sungai Kalabangkang.

Kelompok V.

  • Murut Lun Dayoh, mendiami hulu sungai Padas yang membentang jauh hingga ke Serawak

Kelompok VI

  • Kwijau, hanya dapat ditemui di perbukitan barat di dataran Keningau.

Kepercayaan

sunting

Orang-orang suku Murut tidak memiliki dewa tertentu namun memiliki kepercayaan tentang adanya surga. Mereka percaya bahwa jiwa atau ruh akan berlabuh ketika sudah meninggalkan tubuh. Mereka menganggap sakral kepada bukit-bukit tinggi di pedalaman jauh yang dipercaya sebagai rumah orang-orang yang telah mati.[2]

Selain itu, terdapat kepercayaan bahwa roh yang jahat tinggal selamanya dalam posisi terikat yang tinggal di pohon, bukit dan batu dengan bentuk aneh. Untuk melawan roh jahat ini, penduduk suku Murut memiliki jimat berupa sehelai benang yang melingkari leher atau pergelangan tangan.[2]

 
Seorang pemuda Murut yang sedang memakai pakaian tradisional di Kampung Budaya Monsopiad, Penampang, Sabah.

Orang Murut mempercayai bahwa:[2]

  • Jika mereka melihat burung kisi atau burung mengapi, maka akan ada kejadian buruk. Namun sebaliknya, jika mereka mendengar burung ini berkicau sebanyak 4 kali, maka itu adalah pertanda baik.
  • Jika dalam perjalanan mereka bertemu ular, maka ini bukanlah pertanda buruk. Namun jika mereka bertemu dengan rusa, kancil, ular, kalajengking dan kaki seribu melintasi jalan yang mereka akan lalui, maka ini adalah pertanda masalah serius dan harus menunda pekerjaan selama 4 hari. Namun, jika binatang tersebut tidak menyebrang jalan, orang tersebut hanya perlu duduk, menyalakan api, merokok dan bisa melanjutkan perjalanannya.
  • Jika dalam perjalanan mereka bertemu rusa sebelum ia mengeluarkan suara, maka adalah pertanda baik, sebaliknya jika bersuara bisa berarti bencana.

Ramalan

sunting

Orang Murut juga memiliki kepercayaan terhadap nasibnya dengan ahli nujum dan meyakini bahwa rahasia masa depan bisa dilihat dari hati babi. Saat ada perayaan tertentu dan menyembelih babi, kepala suku bisa mengetahui sesuatu hanya dari hati babi.[2]

Jika hati babi yang disembelih
Kondisi hati babi Ramalan
Memiliki garis-garis dalam nasib buruk
Memiliki lubang-lubang dipastikan satu orang anggota penyerang akan mati
Mengandung penyakit satu prajurit akan terluka
Lembek tubuh akan menjadi lesu dan lemah ketika akan bertindak
Keras, merah dan tidak cacat kesuksesan
Tidak ditemukan (babi pertama dan kedua) rencana penyerangan sebaiknya diurungkan

Selain itu, mereka juga mempercayai mimpi sebagai pertanda. Berikut daftar mimpi dan pertanda bagi orang Murut:[2]

Mimpi Pertanda
Bertemu buaya ketidakberuntungan
Jatuh ketidakberuntungan
Mendapat luka saat berburu luka saat menyerang
Mengejar dan menangkap gadis cantik bernasib baik

Lihat juga

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ "Taburan Penduduk dan Ciri-ciri asas demografi (Population Distribution and Basic demographic characteristics 2010)" (PDF). Department of Statistics, Malaysia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 22 May 2014. Diakses tanggal 11 December 2015.  p. 13 [26/156]
  2. ^ a b c d e f g Rutter, Owen (1922). Sejarah Kalimantan, British North Borneo: catatan tentang sejarah, sumberdaya dan suku-suku asli. Yogyakarta: Diglossia Media. hlm. 385. ISBN 9786026466389. 

Pranala luar

sunting